Iring-iringan itu berangkat dari perempatan Monumen Pers, Minggu (15/7/2012) pagi. Sebuah keranda terbalut kain warna hitam dan putih tampak dipanggul oleh empat orang di tengah rombongan. Sementara beberapa perempuan menaburkan bunga dari keranjang kecil di tangan mereka.
Mereka terus berjalan menuju Jl Slamet Riyadi, berbelok ke arah barat dan berhenti di bawah jembatan penyeberangan dekat Plasa Sriwedari. Itu memang bukan iring-iringan pelayat yang hendak memakamkan seseorang yang meninggal meskipun setingnya sangat mirip. Tidak ada jenazah di dalam keranda dan tidak ada liang lahat yang disiapkan.
Banner dan poster yang dibawa dan diletakkan di dekat keranda pun bukan karangan bunga ucapan belasungkawa, layaknya dalam upacara pemakaman. Poster dan banner itu bertuliskan ajakan agar masyarakat lebih berhati-hati, sabar dan tepa selira saat berkendara di jalan raya.
Semua itu merupakan bagian dari aksi yang dilakukan praktisi periklanan yang tergabung dalam Forum Media Luar Ruang (Formula) bersama sejumlah komunitas lainnya.
Koordinator Formula, Irfan Sutikno, kepada wartawan mengungkapkan aksi itu merupakan wujud keprihatinan terhadap rendahnya kesadaran dan budaya tertib berlalu lintas di kalangan masyarakat. “Kami melihat di balik keberhasilan Solo dalam mem-branding kota, aspek behavioural masyarakat terutama dalam berlalu lintas masih kerap terabaikan. Nilai kejawaan seperti tepa selira, harga menghargai di jalan hampir tidak ada sama sekali,” jelas Irfan.
Sementara itu, Wakil Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo, yang pagi itu melepas peserta aksi mengatakan dengan aksi itu diharapkan kesadaran dan budaya tertib berlalu lintas di jalan raya benar-benar bisa masuk ke hati sanubari masyarakat.
Berita Minggu, 15/7/2012 - sumber: Solopos
Berita Lainnya:
